Ganti istri ala Ismail
Oleh Dr. Muh Nursalim, M.Ag.
Solopos (21/6/'24)
Segala hal tentang Nabi Ibrahim dan Ismail dikupas oleh para penceramah di setiap bulan zulhijah. Terkadang juga plus siti Hajar. Laku ketiga manusia tersebut menjadi ritual kaum muslimin di seluruh dunia. Baik yang sedang beribadah haji maupun tidak.
Mereka yang sedang ibadah haji melakukan tawaf di kakbah. Bangunan berbentuk kubus itu yang merenovasi adalah Ibrahim dan Ismail. Sebelum dibangun ulang oleh kedua insan tersebut, dindingnya tidak ada. Yang ada hanya pondasi semata. Sebagaimana firman Allah dalam surat albaqarah : 127 berikut.
Ingatlah ketika Ibrahim meninggikan fondasi kakbah bersama Ismail seraya berdoa, “Ya Tuhan kami, terimalah amal dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ibrahim dan Ismail bukanlah pendiri kakbah. Mereka hanya merenovasi setelah bangunan itu hancur disapu banjir jaman nabi Nuh. Adapun yang membangun pertama kali adalah malaikat. Bahkan kakbah telah dibuat sebelum penciptaan Adam. Begitu kata Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya.
Setelah tawaf mengelilingi kakbah tujuh kali disunahkan salat dua rakaat di maqam ibarahim. Ini adalah tempat di mana Nabi Ibrahim berdiri saat membangun kakbah. Para tukang sering menyebutnya steger. Karena kakbah itu tingginya 13 m sehingga perlu ancik-ancik untuk memasang batu bagian atas. Di situ ada bekas telapak kaki Nabi Ibrahim.
Capek tawaf dan shalat lalu istirahat sebentar. Di sunnahkan sambil minum zamzam. Air ini adalah anugerah Allah untuk ismail saat ibunya kehabisan susu. Bahkan dengan adanya air ini pula lembah yang mulanya sepi menjadi ramai. Karena para pengembara mampir untuk sekedar minum atau bahkan banyak yang tinggal di tempat tersebut.
Kemudian dilanjut sa’i dari Safa ke Marwa. Ritual ini meniru Hajar saat mencari air. Di saat kehabisan bekal untuk diri dan anaknya. Maka wanita itu naik ke bukit Safa berharap melihat manusia yang bisa dimintai tolong atau ketemu sumber air. Tidak ketemu orang dan air ia pindah ke Marwa untuk tujuan yang sama. Begitulah sampai tujuh kali bolak-balik dengan hasil nihil.
Allah menolong hambanya yang telah berihtiar maksimal. Ibarat sepak bola, pada saat injury time pertolongan itu baru datang. Yaitu dengan munculnya sumber air zam-zam di telapak kaki ismail yang masih bayi. Zummi-zummi (kumpul-kumpul) ucap Hajar gembira. Maka kemudian air itu dinamakan zamzam.
Sementara kaum muslimin yang tidak sedang berhaji menyembelih hewan kurban. Ini juga laku Ibrahim dan Ismail. Dua manusia itu menjalankan perintah Allah yang luar biasa berat. Yaitu bapak menyembelih anak. Perintah itu sudah dilaksanakan, dan kita semua tahu itu adalah cara Allah menguji cinta kasih Ibrahim kepada anaknya dibanding ketaatannya kepada sang pencipta. Maka sebagai balasannya Allah mengganti Ismail dengan seekor kambing gibas yang gemuk.
Ada laku Ibrahim dan Ismail yang jarang diceritakan penceramah yaitu, tatkala sang bapak memberi sinyal agar Ismail menceraikan istri yang kurang bersyukur dan menggantinya dengan yang lebih baik.
Kita tahu. Nabi Ibrahim itu tinggal di Palestina. Beliau punya istri dua. Pertama adalah Sarah. Setelah menikah puluhan tahun tidak punya anak dari wanita tersebut. Maka ia menikah lagi. Dalam banyak riwayat istri kedua ini tak lain adalah pembantunya sendiri. Itupun ia lakukan atas saran Sarah. Namanya kita semua tahu, dialah Hajar. Orang Indonesia biasa menambahi Siti sehingga menjadi Siti Hajar. Atas karunia Allah ternyata Hajarpun melahirkan. Anak itu diberi nama Ismail.
Dua istri dalam satu rumah. Anda bisa mengira-ira. Apa yang terjadi. Apalagi istri muda bisa melahirkan anak laki-laki. Saking cemburunya istri tua kepada Hajar, ia menyuruh Ibrahim agar melukai madunya tersebut. Luka itupun dibuat demi meredam kemarahan istri tua. Ia buat daun telinganya berlubang. Masya Allah, ternyata di tempat itu bisa dicenteli anting-anting. Waw, istri muda malah tambah kelihatan cantik dengan antingnya. Itulah awal mulanya anting di telinga wanita.
Karena terus bertengkar, Allah memerintah Ibrahim agar mengantarkan Hajar dan anaknya ke sebuah lembah yang tandus, tidak ada tanam-tanaman dan tidak ada manusia. Itulah Mekah. Setelah mengantar anak dan istrinya di tempat tujuan, Ibrahim kembali ke Palestina. Sementara Hajar dan Ismail hidup sendiri di dekat baitullah.
Dalam sirah dikisahkan, Ibrahim hanya beberapa kali mengunjungi anak dan istrinya di Mekah. Pertama saat mendapat perintah menyembelih Ismail. Kisah ini menjadi syariat kurban. Kedua perintah Allah untuk merenovasi kakbah. Saat itu Ismail sudah remaja, sehingga bisa diajak bekerja. Ketiga ketika Hajar sudah meninggal lalu Ibrahim mengunjungi rumah Ismail. Saat itu ia sudah menikah dengan wanita dari suku Jurhum.
Ketika sampai di rumah Ismail, yang ditemui hanya menantu. Sementara Ismail sedang bekerja mencari nafkah. Basa-basi pertanyaanpun keluar. “Bagaimana kabar kalian”. Dengan ketus menantu itu menjawab”
“Kami ini dalam kondisi buruk, kami hidup dalam keadaan susah dan sulit. Ia mengeluh kepada Ibrahim”. Maka Ibrahim pun berpesan:
“Sampaikan salamku kepada suamimu dan pesankan kepadanya agar mengganti palang pintu”.
Walaupun tidak ketemu, Ismail paham bahwa yang barusan datang adalah ayahnya. Dan palang pintu itu adalah istrinya. Maka Ismailpun mencerarikan istrinya serta mengembalikan kepada akeluarganya. Lalu ia menikah lagi dengan wanita lain.
Di waktu yang berbeda, Ibrahim kembali mengunjungi Ismail di Mekah. Lagi-lagi ia tidak ketemu anaknya. Yang ada di rumah hanya menantu. Tetapi bukan menantu yang dulu. Ia kembali bertanya tentang kabarnya.
“Kami baik-baik saja dan berkecukupan.” Seraya memuji Allah dan bersyukur. “Apa yang kalian makan?” Ibrahim kembali bertanya. “Kami memakan daging.” Jawab menantu. “apa yang kalian minum?” Tanya Ibrahim. Istri Ismail menjawab “Air”.
Kemudian Ibrahim berdo’a: “Ya Allah berkatilah mereka pada daging dan air”. Lalu berpesan kepada menantunya, bahwa nanti kalau Ismail pulang kabari bahwa aku datang dan agar ia memperkuat palang pintunya.
Ismail mengerti yang baru saja datang adalah ayahnya dan palang pintu itu adalah istrinya. Dari istri yang kedua inilah Ismail menurunkan suku-suku bangsa Arab. Salah satunya adalah Quraisy. Dan dari jalur ini pula Nabi Muhammad saw berasal.
Kondisi ekonomi keluarga Ismail saat Nabi Ibrahim mengunjungi mereka, baik yang pertama maupun kedua itu relatif sama. Suami tetap bekerja untuk menafkahi keluarganya. Hanya saja sikap menantunya berbeda. Menantu pertama merasa serba kekurangan sedangkan yang kedua bersyukur atas keadaan yang ia alami. Akibatnya yang kurang bersyukur merasa hidupnya susah sedang yang bisa bersyukur dapat menikmati keluarga dengan bahagia.
Pada hari peringatan keluarga tanggal 15 Mei, BKKBN merilis data bahwa dalam satu tahun terjadi perceraian 500 ribu pasang suami istri. Paling banyak penyebabnya adalah faktor ekonomi. Jika ditelisik ala Nabi Ibrahim, boleh jadi faktor utamanya bukanlah ekonomi tetapi kurangnya bersyukur atas keadaan yang mereka hadapi. Akibatnya antar pasangan selalu ribut dan berakhir dengan perceraian.
Bahagia itu sederhana, yaitu mensyukuri apa yang ada. Alhamdulillah punya pasangan hidup, karena banyak orang yang jomblo sampai tua. Alhamdulillah dikarunia anak, karena betapa banyak orang yang sampai mati tidak punya keturunan. Alhamdulillah punya pekerjaan karena di sana banyak sekali pengangguran. Alhamdulillah punya rumah, karena jutaan keluarga masih hidup di rumah kontrakan. Syukurilah yang ada pasti kita bahagia.
Informasi BMT-IM
Kantor pusat Jl. Gemolong -Sragen Km. 01, Klenthang, Gemolong, Sragen, Jateng. 0271 679 3007
Media Sosial
Hubungi Kami
0271 679 3007
0813 9244 8313
bmt.imangml@gmail.com
Produk & Layanan
Berita & Pembaruan