Lima tahap menghadirkan hati menurut Imam Ghazali

Dr. Muh Nursaliom. - BmtImJateng

Rabu, 15 Jan 2025 11.30 WIB

Foto Ilustrasi : Syaiful Khoir

Kunci shalat khusuk itu hadirnya hati. Imam Ghazali mengajari, bagaimana caranya agar hati bisa hadir . Tidak berkelana ke mana-mana ketika sedang shalat. Ini masih dalam kitab Ihya Ulumuddin yang terkenal itu. Ada lima tahapan yang perlu dilatihkan. Bahkan bisa juga dengan dipaksa.

1. Pemahaman (Tafahhum)

Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami makna dari kata-kata yang diucapkan. Shalat itu isinya do’a dan zikir, juga bacaan alqur’an. Mengerti dan mamahami apa yang diucapkan ketika sedang shalat. Ini langkah pertama yang sangat penting. Bisa dibayangkan, anda ngomong tetapi tidak tahu maksud apa yang diomongkan. Tentu tidak mungkin fokus.

Problemnya dalam tahap ini. Bacaan shalat itu built up dari Rasulullah saw. Kita tidak boleh membuat sendiri. Sudah begitu, semua kalimatnya berbahasa arab. Maka satu-satunya cara untuk memahami adalah dengan belajar. Belakangan ini ada banyak kursus bahasa arab yang mengajarkan khusus tentang makna bacaan shalat. Cukup online.

Bacaan shalat itu semua nendang. Masuk ke ulu hati bila dipahami. Coba perhatikan. Baru pembukaan saja eloknya begini.

صحيح مسلم - (ج 2 / ص 185)

وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Kuhadapkan wajahku kepada zat yang mencipta langit dan bumi dalam keadaan lurus dan pasrah. Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan Semua Alam, tiada sekutu bagi-Nya. Dan begitulah aku diperintahkan dan aku dari golongan orang muslim.

Jika anda pakai bacaan lain juga tidak kalah nendang. Berikut alternatif bacaan tersebut.

صحيح البخارى - (ج 3 / ص 257)

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Ya Allah jauhkanlah aku dengan kesalahan-kesalahanku sebagaimana telah Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah kesalahan-kesalahanku sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dari kotoran. Ya Allah cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju, dan embun."

Ini baru pembukaan. Tetapi kalau baru awalan saja tidak paham, alamat berikutnya hati akan susah dipegang. Ia terus grambyang, melalang buana ke santero alam. Kita baru sadar kembali saat salam. Oo, sudah selesai to.

2. Penghormatan (Ta'ẓīm)

Menghormati pihak yang diajak komunikasi, yaitu Allah swt. Karena pada hakekatnya orang shalat itu sedang bercengkrama dengan Allah swt. Bayangkan, anda dipanggil pimpinan. Pasti akan menghadap dengan penuh rasa hormat. Berusaha tepati waktu, pakaian terbaik dan menghadap dengan penuh sopan-santun.

Allah itu lebih dari segalanya. Maka memulyakan, memuji namanya dan segala bentuk rasa hormat dicurahkan untuNya. Karena nasib hamba itu sangat tergantung kepada bos segala bos tersebut.

Boleh jadi kita sedang sakit, kalau Ia menghendaki sembuh akan sembuh. Mungkin kita miskin, jika Allah menghendaki kaya akan kaya. Atau sebaliknya mungkin kita orang terhormat di mata manusia, tetapi jika Allah menghendaki menghinakan dalam sekajap akan hina.

3. Rasa Takut (khauf)

Ia merupakan rasa takut yang muncul karena penghormatan yang besar. Rasa takut yang berasal dari hal-hal remeh, seperti binatang berbisa atau sifat buruk seseorang, tidak disebut rasa takut yang mulia. Namun, rasa takut terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah disebut rasa takut yang terhormat. Begitulah kata imam Ghazali.

Menghormati, memulyakan sekaligus memantikkan rasa takut dalam hati. Yaitu rasa takut yang mendorong seseorang untuk taat kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya. Saking pentingnya khauf ini, Nabi saw mengajari umatnya untuk berdo’a seperti ini.

شرح السنة للبغوي - (ج 2 / ص 483)

أَنَّ ابْنَ عُمَرَ ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يَكَادُ يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ إِلا دَعَا بِهَؤُلاءِ الْكَلِمَاتِ لأَصْحَابِهِ : اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ

Dari Ibnu Umar, ia berkata: "Adalah Rasulullah ﷺ tidaklah beliau bangkit dari suatu majelis kecuali beliau berdoa dengan kalimat-kalimat ini untuk para sahabatnya:

'Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami rasa takut kepada-Mu yang dapat menghalangi kami dari berbuat maksiat kepada-Mu.'"

4. Harapan (Rajā’)

Harapan adalah kepercayaan terhadap rahmat Allah. Seseorang dapat menghormati dan takut kepada seorang raja, tetapi belum tentu berharap mendapatkan kebaikan darinya. Dalam ibadah, seorang hamba harus memiliki harapan akan pahala dari Allah, sebagaimana ia juga takut terhadap hukuman-Nya akibat kelalaian dan dosa.

Allah itu punya dua sisi. Ia akan mengazab manusia yang durhaka juga mengasihi hamba yang taat dengan rahmatnya. Tetapi Ia sendiri mengakui, rahmatNya lebih besar dari segala apapun juga. Maka seorang hamba harus tetap optimis akan mendapatkan kasih sayang Allah. Berharap atas kemurahannya, meskipun dirinya bergelimang dosa. Karena itu khauf dan raja’ harus selalu ada dalam hati. Agar shalat bisa dinikmati.

5. Rasa Malu (Ḥayā’)

Rasa malu muncul dari kesadaran akan kekurangan diri dan perasaan berdosa. Seseorang bisa saja memiliki penghormatan, rasa takut, dan harapan tanpa disertai rasa malu, jika ia tidak merasa memiliki kekurangan atau dosa.

Merasa berdosa itu lebih baik daripada merasa bersih. Dan faktanya, memang tidak ada manusia yang bersih dari dosa, kecuali Rasulullah saw. Karena itu malu dihadapan Allah karena banyak maksiat yang dilakun akan dapat menggiring hati agar hadir saat shalat.

Begitulah Imam Ghazali memberi penjelasan. Tentang bagaimana cara agar kita dapat menghadirkan hati dalam shalat. Terutama terkait dengan internal diri pribadi. Tidak bisa instan. Tetapi harus selalu dilakukan percobaan. Wallahua’lam

Share on..

Komentar

Tag : #bmtimjateng #Tausyiah #Hati #Syariah #Koperasi

Produk Bmt Im Jateng

Artikel Populer

Podcast Bmt Im Jateng

Bmt Im Jateng

Bmt Im Jateng

Bmt Im News