Pasangan Belah Durian

Dr. Muh. Nursalim - BmtImJateng

Selasa, 11 Feb 2025 10.00 WIB

Foto Ilustrasi : Syaiful Khoir

Musim durian tiba. Sensasi buah raja ini tidak ada habisnya. Untuk dinikmati dan diceritakan. Juga diambil pelajaran untuk kehidupan berkeluarga. Terutama terkait relasi suami istri.

Suatu saat cobalah membeli durian. Jangan langsung dimakan di tempat. Tetapi bawalah pulang untuk dinikmati bersama keluarga. Tetapi sebelum membelah buah tersebut siapkanlah keranjang, sendok dan mangkok.

Setelah durian dibelah, ambillah sendok. Keroklah daging durian yang bisa dimakan. Masukkan ke dalam mangkok. Sementara yang tidak dapat dimakan buanglah ke keranjang. Pertanyaannya, setelah seluruh buah dikerok, mana yang lebih banyak antara yang dibuang di keranjang dengan yang dimasukkan ke dalam mangkok ?

Tentu yang di keranjang lebih banyak daripada yang ada di mangkok. Begitulah gambaran pasangan hidup kita. Lebih banyak yang tidak enak dirasakan. Akan tetapi se keranjang sikap yang menyebalkan dan menyusahkan itu akan hilang dengan menikmati lezatnya durian yang ada di mangkok.

Istri judes, suami pelit, istri ember suami sombong, istri cerewet suami malas, istri suka ngambek suami kasar, istri boros suami tidak pandai cari uang. Adalah beberapa sampah pasangan kita yang ada di keranjang. Karakter pasangan yang menyebalkan tersebut seringkali menjadi penyebab pertengkaran. Dari masalah kecil menjadi besar yang akhinya berakhir perceraian di pengadilan agama.

Itulah sebabnya Rasulullah saw memberi ajaran kepada umatnya, untuk berdo’a segera setalah akad nikah. Bunyinya sebagai berikut”

سنن أبى داود - (ج 6 / ص 380)

عَنِ ابْنِ عَجْلاَنَ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً أَوِ اشْتَرَى خَادِمًا فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

Dari Ibnu ‘Ajlaan, dari ‘Amr bin Syu‘aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

"Apabila salah seorang di antara kalian menikahi seorang wanita atau membeli seorang budak, maka hendaklah ia berdoa: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan tabiat yang Engkau ciptakan padanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan tabiat yang Engkau ciptakan padanya. (Hr. Abu Dawud)

Share on..

Komentar

Tag : #bmtimjateng #Tausyiah #Pasangan #suamiistri #Islam #Syariah #Digital

Produk Bmt Im Jateng

Artikel Populer

Podcast Bmt Im Jateng

Bmt Im Jateng

Bmt Im Jateng

Bmt Im News

Bmt Im Jateng

Bmt Im Jateng

Produk Pembiayaan Syariah

Pasangana kita pasti ada kebaikannya. Tidak mungkin jelek semua. Tetapi juga harus disadari ia pasti punya watak buruk yang menjadikan kita emosi. Untuk itu berdoa kepada Allah agar watak yang baik itu tetap lestari dan watak yang buruk tidak menjadikan kita cerai berai. Walaupun watak buruk itu se keranjang.

Cobalah jujur. Pasangan yang sekarang ini ada disisimu itu apakah memang pilihan pertama. Meminjam istilah militer, apakah ia plan A yang sejak semula memang anda inginkan ?

Survei membuktikan, bahwa pasangan kita itu 99 persen bukan plan A. Ia mungkin pilihan berikutnya setelah yang utama gagal. Atau bahkan pilihan E setelah A,B,C,D ditolak. Ada juga yang lebih tragis, itu pilihan terpaksa setelah semua pilihan tidak berhasil.

Siapapun dia, faktanya sekarang dia ada disisimu. Bagi orang yang beriman akan mengatakan, inilah takdir perjodohan yang dipilihkan Allah. Setelah milih-milih sendiri tak pernah menuai hasil. Dan kita yakin pilihan Allah adalah yang terbaik.

Untuk itu, menikmati takdir menjadi solusi paling cerdas melanggengkan bahtera rumah tangga. Karena dibalik karakter pasangan yang menyebalkan itu pasti Allah memberi peluang hambanya untuk berbuat lebih baik.

Imam Athaila dalam kitabnya Hikam memberi pesan kepada kita. Nasehat beliau itu sangat menohok. Tetapi bila kita renungkan maka tidak ada yang tidak baik dari pasangan kita. Beliau menulis begini.

إلَهِي مَنْ كَانَتْ مَحَاسِنُهُ مَسَاوِيَ

فَكَيفَ لاتَكُونُ مَسَاوِيْهِ مَسَاويَ

Tuhanku, manusia yang dalam kebaikannya saja ada buruknya, apalagi dalam keburukannya?

Manusia itu dari sononya pasti membawa kebaikan, tetapi di balik itu pasti juga ngemut keburukan. Misalnya, anda punya suami yang sangat taat kepada ibunya. Patuh tunduk dan berbakti kepada ibunya. Karakter itu sangat mulia dan baik. Tetapi dibalik kebaikannya itu pasti ada yang menjadi korban. Itulah istrinya. Kepentingan istri dinomorduakan. Ibu yang pertama, baru istri dan anak-anak.

Atau ada istri sangat aktif di dunia dakwah. Pagi, sore malam selalu kegiatan dakwah. Itu sangat baik dan mulia. Karena dengan kegiatannya banyak manusia yang tercerahkan. Tetapi pasti anak dan suaminya menjadi korban. Tidak terurus dengan baik. Karena istri sibuk di luar.

Oleh karena itu, relasi suami istri itu perlu dinaikkan levelnya. Suami berbuat baik kepada istri jangan karena dia istrimu atau karena ia berbuat baik kepadamu. Sebab bila itu patokannya maka anda akan kecewa. Sebab dia manusia. Seperti kaidah kitab Hikam di atas. Manusia itu baik saja membawa keburukan apalagi ia buruk.

Begitupun istri berbuat baik kepada suami, jangan karena ia suamimu. Sebab kalau itu pertimbangan berbuat baiknya. Pasti anda akan kecewa. Sebab suami itu manusia, sejurus dengan teorinya kitab Hikam. Manusia itu baik saja membawa keburukan apalagi ia buruk.

Terus bagaimana caranya agar bisa menikmati relasi suami-sitri ?

Naikkan level relasi suamai istri. Yaitu, berbuat baik pada pasangan itu karena Allah dan Rasulnya memerintahkan. Untuk suami, Nabi bersabda

سنن الترمذى - (ج 14 / ص 53)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

Sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." (HR Tirmidzi).

Istri baik atau tidak kepada suami, baik atau tidak kepada keluarga dan anak-anak suami tetap berbuat baik kepadanya. Karena ia dalam rangka mentaati Rasulullah bukan pamrih kebaikan istrinya. Jadi, berbuat baiknya kepada istri itu hanya resultan belaka dari ketaatannya kepada Rasulullah.

Demikian pula istri berbuat baik kepada suami itu jangan karena si suami baik dan memberi nafkah, tetapi naikkan level, yaitu bahwa suami itu adalah pintu surga bagi istri sebagaimana sabda nabi.

سنن الترمذى - (ج 5 / ص 3)

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ

Dari Umi Salamah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi}

Ridha suami adalah tujuan istri berbuat baik kepada suami. Tentu dalam batas keridhaan yang Allah membolehkan. Dengan cara ini berkeluarga itu sangat indah dan menyenangkan. Karena tidak ada yang berniat menyakiti pasangan. Suami dan istri menikmati relasinya kepada Allah dan Rasulnya. Lalu pasangan mendapatkan berkahnya. Itulah nikmatnya berkeluarga, melebihi nikmatnya semangkok durian yang paling lezat sekalipun.

Add - Scroll untuk lanjut membaca.....

Add - Scroll untuk lanjut membaca.....